Abdul
Kadir (lahir di Denpasar, Bali, 27 Desember 1948 – meninggal di Jakarta, 4
April 2003 pada umur 54 tahun) merupakan pemain Sepak Bola dari Persebaya
Surabaya, klub Sepak Bola Indonesia, yang dapat berposisi sebagai Penyerang
Kiri Luar. Ia merupakan pemain timnas periode 1965-1978.
Profil
Karir
di tim nasional sepak bola Indonesia
Abdul
Kadir pernah memperkuat timnas semasa dipegang pelatih asal Yugoslavia, Tony
Pogacnik, Endang Witarsa, Djamiat Dhalhar, dan pelatih asal Belanda, Wiel
Coerver. Ia pernah memperkuat timnas saat menjuarai Piala Raja 1968, Merdeka
Games 1969, dan Pesta Sukan Singapura (1972). Kadir juga pernah memperkuat timnas
saat menjadi runners up Piala Presiden Korsel (1970-1972). Debutnya di Timnas
PSSI adalah ketika berusia 16 tahun sudah ditarik masuk Timnas tampil di Ganefo
(sekarang Asian Games) di Pyong Yang pada 1964. Abdul Kadir mulai mencuat
namanya mulai
era 1964. Berkat kelincahan yang tinggi meski bertubuh mungil,
dia kemudian menjadi langganan tim nasional hingga 1979. Menurut rekan
seangkatannya M Basri, Abdul Kadir telah membuktikan kepada dunia olahraga
bahwa postur tubuh bukan merupakan ukuran yang pasti tentang kemampuan seorang
atlet berprestasi. Bersama dengan Soetjipto Soentoro, Max Timisela, Iswadi
Idris, dan Jacob Sihasale, ia terpilih sebagai pemain Asia All Stars pada tahun
1966-1970. Mereka adalah kuartet tercepat di Asia pada saat itu. Abdul Kadir
memiliki teknik sepak bola yang sangat tinggi, bahkan tidak kalah dibandingkan
pemain dunia saat itu seperti Pele. Maha bintang sepak bola asal Brasil itu
pernah bermain di Stadion Dtama Senayan bersama klub Santos, Juni 1972 dan
sedang berada di puncak kejayaannya setelah membawa Brasil memenangi Piala
Dunia 1970. Sesudah pertandingan persahabatan yang dimenangi Santos 3-2, Pele
diundang ke TVRI untuk melakukan akrobat bola. Pemain nasional yang diminta
mendampingi Pele adalah Abdul Kadir, yang mendapat julukan "Si
Kancil" karena kelincahannya dalam mengolah si kulit bundar di lapangan
hijau. Pemain yang berposisi sebagai kiri luar itu mencapai masa keemasannya
pada awal 1970-an bersama rekan-rekan seangkatan seperti Soetjipto Soentoro,
Ronny Pattinasarani, Jacob Sihasale, Iswadi Idris, Yudo Hadianto, dan Anwar
Ujang.
Kualifikasi
Olimpiade Munich 1972
Abdul
Kadir juga pernah menjadi saksi sejarah ketika tim Indonesia secara mengejutkan
kalah dalam babak penyisihan grup Kualifikasi Olimpiade Munich 1972 di Rangoon.
Ketika itu, Indonesia memang tim yang sangat diunggulkan. Presiden FIFA ketika
itu juga mengakui bahwa pemain timnas Yudo Hadianto dan Abdul Kadir termasuk
pemain yang sudah berkelas dunia. Indonesia berada satu grup bersama Thailand,
India, dan Israel. Pada pertandingan pertama, ia berhasil membawa Indonesia
menang telak 4-0 atas India. Dimana ia menyumbangkan satu gol bagi Indonesia
serta memberikan satu assist bagi Jacob Sihasale. Di pertandingan kedua,
Indonesia juga berhasil menang 4-2 atas Thailand. Namun dalam pertandingan
terakhir ia dan kawan-kawan harus menyerah dari Israel 0-1. Apabila dengan
hasil seri itu sudah cukup untuk membawa Indonesia melaju ke semifinal.
Indonesia
vs Uruguay (1974)
Pada
tanggal 19 April 1974, Indonesia kedatangan timnas asal Amerika Latin, Uruguay.
Sebenarnya kedua tim memanfaatkan laga persahabatan ini sebagai laga ujicoba.
Bagi Uruguay, ini sebagai pertandingan ujicoba untuk menghadapi pertandingan
Piala Dunia 1974. Sedangkan bagi Indonesia sendiri, laga ini bertujuan untuk
laga ujicoba ketika bertanding di Turnamen HUT Kota Jakarta 1974. Konon kursi
kepelatihan Indonesia ketika itu berpindah dari Wiel Coerver ke Djamiat Dalhar
dan ban kapten timnas berpindah ke tangan Aang Witarsa.
Sayangnya
Timnas Uruguay ketika itu tidak membawa pemain intinya. Susunan pemain
Indonesia ketika itu adalah:Ronny Paslah, Anwar Ujang, Subodro, Sutan Harhara,
Jacob Sihasale, Nobon Kayamudin, Andi Lala, Anjas Asmara, Risdianto, Abdul
Kadir, dan Waskito. Dalam pertandingan yang digelar di Stadion Istora Senayan,
Uruguay harus takluk dari Indonesia 2-1. Gol Indonesia ketika itu dicetak oleh
Anjas Asmara pada menit ke 30 dan Abdul Kadir pada menit 89. Sedangkan gol
Uruguay dicetak melalui Juan Silva pada menit 55.
Karena
tidak mau merasa malu, akhirnya mereka meminta pertandingan ulang. Dalam
pertandingan ulang yang diadakan tanggal 21 April, akhirnya giliran Indonesia
yang harus menerima kekalahan tipis dengan skor 2-3.
Karirnya
sebagai pelatih
Di
antara prestasi yang pernah diukirnya, Abdul Kadir ketika melatih klub Krama
Yudha Tiga Berlian dan turut mengantarkan klub Krama Yudha Tiga Berlian juara
ketiga Piala Champion Asia 1986. Prestasi itu belum pernah terlampaui oleh
pelatih lainnya di Indonesia. Ketika itu Krama Yudha Tiga Berlian tergabung
dalam Grup A bersama dengan Al Ahli dan Kingfisher East Bengal. Krama Yudha
Tiga Berlian finish di peringkat 2 dan memastikan lolos ke tiket semifinal. Di
pertandingan semifinal, Krama Yudha Tiga Berlian harus menerima kekalahan
dengan skor 3-0 dari Daewoo Royals. Pada pertandingan perebutan tempat ketiga,
Krama Yudha berhasil mengalahkan klub Al-Ittihad dengan skor 1-0. Gol
sau-satunya ketika itu dicetak oleh Zulkarnaen Lubis
Akhir
karir
Ia
pernah mendapat kesempatan menurunkan keterampilannya kepada pemain muda,
ketika bersama dua rekan seangkatannya, M. Basri dan Iswadi Idris ditunjuk
sebagai pelatih tim nasional. Trio "Basiska" ketika bertanggung jawab
membawa tim nasional berlaga di penyisihan Piala Dunia 1990, namun dianggap
kurang berhasil. Namun kengototannya di lapangan justru takluk pada tubuhnya
sendiri, akibat menderita penyakit gagal ginjal, ia perlu menjalani cuci darah
seminggu dua kali di RSCM. Akhirnya meninggal di Jakarta, 4 April 2003 dan
meninggalkan seorang istri dan empat anak serta seorang cucu.